Dari Jalanan Menjadi Peternak Andal

Perjalanan hidup Iwan Suryana (43), seorang warga Kalapanunggal, memang berliku. Namun, keputusannya untuk mengubah jalur hidup tidak saja memberi berkah pada dirinya sendiri, tetapi juga kepada orang-orang di sekitar tempat tinggalnya.

Diawali dari keinginannya untuk meninggalkan kehidupan jalanan, Iwan memutuskan untuk bergabung pada program peternakan ayam yang digagas oleh Star Energy Geothermal Salak, Ltd. (SEGS) bekerja sama dengan Yayasan Jaya Laras Sembada. Usaha peternakan ayam bersama kelompoknya dimulai dari memelihara 500 ekor ayam. Pak Iwan menerapkan metode peternakan yang ia namakan “longay” atau Kolong Ayam. Kandang ia dirikan di atas empang ikan lele, sehingga kotoran ayam bisa langsung menjadi makanan ikan lele tanpa sempat menimbulkan bau tidak sedap di lingkungannya. Dari usaha peternakan lelenya, Pak Iwan juga mendapatkan hasil yang cukup memberi harapan. Sebagai contoh saat panen terakhir, Pak Iwan dan kelompoknya menghasilkan 600 kg ikan lele.

Dimulai di tahun 2017, program ini ditujukan bagi masyarakat di wilayah Halimun dan Salak yang terkenal memiliki potensi lokal melimpah mulai dari air yang segar dan tanah yang subur khas pegunungan. Hal ini terbukti dengan banyaknya investor dari luar wilayah yang mendirikan perkebunan sayur mayur yang subur hingga kawasan peternakan ayam. Sayangnya, segala potensi yang ada ini belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat. Keinginan berwirausaha belum terpupuk, karena tidak ada rasa percaya diri. Akibatnya, ketergantungan mereka pada perusahaan dan pemerintah pun menjadi sangat tinggi.

Peternakan ayam petelur digagas untuk menciptakan sebuah kawasan produksi telur sehingga akan memudahkan masyarakat setempat membeli telur dengan harga terjangkau dengan kualitas baik, yang selama ini hanya bisa diperoleh dari kota dengan jarak yang jauh. Tentu, telur berkualitas yang dihasilkan dari program inipun diharapkan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga tidak saja mensejahterakan masyarakat, namun juga membangun kepercayaan diri mereka untuk bisa mandiri. Sejak tahap perencanaan, perangkat desa, karang taruna dan LSM setempat dilibatkan dalam menentukan sasaran untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap program ini. Tidak ada persyaratan rumit untuk bergabung. Program ini terbuka bagi siapa saja yang mau belajar, bekerja keras dan ingin berwirausaha. Belajar berwirausaha tentu bukanlah hal yang mudah karena perlu adanya perubahan pola pikir. Karenanya, peran Iwan Suryana menjadi sangat penting, bukan saja untuk berbagi ilmu dan pengalaman, tetapi meyakinkan kepada para calon penerima manfaat program bahwa kesejahteraan bisa terwujud bila ada kemauan yang didorong oleh kerja keras.

Misi Iwan untuk meyakinkan penduduk inipun bukan tanpa halangan. Setelah dua tahun ia dan kelompoknya menjalankan usahanya, masyarakat pun mulai mau bergabung dalam program ini. Memasuki tahun ketiga pelaksanaannya, program ini terus menunjukkan perkembangan positif. Jumlah peternak penerima manfaat yang semula hanya 4 orang di mana terdapat 65 orang penerima manfaat dengan 1.000 ekor ayam kini tumbuh menjadi 30 peternak dengan 127 orang penerima manfaat dan 5.345 ekor ayam petelur. Tekad yang kuat, ketekunan dan kerja keras, serta dorongan dari lingkungan
akan melahirkan kesempatan untuk berkembang.